SHARE OUR KNOWLEDGE

Sciences As A Pilot For Each Our Activity, and Share Our Knowledge Didn't Make A Dead Loss But Would Be Improved On About It.

Saturday, January 17, 2009

Elektrokardiografi (EKG) Abnormal

EKG ABNORMAL

ECG RHYTHM ABNORMALITIES

  1. Supraventricular arrhythmias
    1. Premature atrial complexes (PAC)
  • Sebuah kompleks muncul lebih awal dari yang diperkirakan
  • Setelah PAC, biasanya muncul lagi irama sinus

  1. Premature junctional complexes (PJC)
  • Hampir sama dengan implikasi klinis PAC
  • PJC lokasinya pada AV junction, capture atria (retrograde) dan ventrikel (antegrade). Gelombang P retrograde dapat muncul sebelum, selama, atau setelah kompleks QRS; jika sebelumnya, interval PR biasanya pendek ( < 0,12 ).

  1. Atrial fibrillation
  • Aktivitas listrik yang tak menentu datang dari banyak sumber tambahan yang ada di atrium
  • Tidak ada kontraksi atrial yang "rapi" dapat terdeteksi

Atrial Fibrilasi biasanya ditandai dengan (Brunner & Suddarth, 2002):

Frekuensi : 350-600/menit

Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak undulasi yang irregular; interval PR tidak dapat diukur

Kompleks QRS : biasanya normal

Hantaran : biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respon ventrikel irregular, karena nodus AV tidak berespon terhadap frekuensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel berespon irreguler

Irama : irregular dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Iregularitas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV

  1. Atrial flutter

    Terjadi bila satu tempat di atrium memulai banyak impuls dengan frekuensi yang sangat cepat. Impuls yang dihantarkan atrium sangat cepat sehingga tidak dapat membentuk gelombang P yang sempurna tetapi membentuk gelombang F yang kontinyu (member gambaran mata gergaji).

    Atrial Flutter ditandai sbb (Brunner & Suddarth, 2002):

    Frekuensi : 250-400/menit

    Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang dihasilkan oleh focus di atriumyang melepaskan impuls dengan cepat

    Kompleks QRS : konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal

    Irama : regular atau irregular, tergantung jenis penyekatnya (misal 2:1, 3:1, atau kombinasinya)

  2. Ectopic atrial tachycardia and rhythm
  • Irama ektopik merupakan irama abnormal yang muncul dari mana saja selain dari nodus sinus.
  • Merupakan gelombang ektopik, tampak tidak teratur (semau-maunya), gelombang P' unifocal dengan atrial rate <250/min (tidak sama dengan slow atrial flutter)
  • Gelombang P' Ectopic biasanya mendahului kompleks QRS dengan P'R interval < RP' interval (i.e., berbeda dengan paroxysmal supraventricular tachycardia yang gelombang P retrograde muncul segera setelah kompleks QRS).
  • Respon ventricular mungkin 1:1 atau dengan berbagai derajat AV block (terutama pada digitalis toxicity, seperti yang ditunjukkan dari 3-lead ECG dengan 2:1 block berikur ini).

Ectopic atrial rhythm serupa dengan ectopic atrial tachycardia, tetapi HR <100 bpm.

  1. Multifocal atrial tachycardia
  • Merupakan suatu irama tidak teratur yang terjadi dengan frekuensi 100-200 denyut per menit
  • Multifocal atrial tachycardia dapat dibedakan dengan atrial fibrilasi oleh gelombang P yang mudah dikenali sebelum setiap kompleks QRS. Gelombang P, yang berasal dari banyak tempat dalam atrium, bentuknya akan bervariasi, dan interval antara gelombang-gelombang P dan kompleks QRS yang berbeda akan bervariasi juga. Untuk menegakkan diagnosis Multifocal atrial tachycardia, Anda perlu mengidentifikasi setidaknya tiga morfologi gelombang P yang berbeda.
  • Tampak paling sering pada pasien lansia dengan penyakit akut atau kronik seperti eksaserbasi COPD
  • Jika atrial rate is <100/menit, call it multifocal atrial rhythm

  1. Paroxysmal supraventricular tachycardia
  • PSVT adalah ritme cepat yang terjadi dan berhenti secara mendadak
  • PSVT adalah suatu irama yang mutlak teratur, dengan frekuensi biasanya antara 150-200 denyut per menit.
  • Kadang-kadang dapat ditemukan gelombang P retrograde (yang paling baik adalah melihat pada sadapan II dan III), tetapi lebih sering gelombang P terbenam pada kompleks QRS dan tidak dapat diidentifikasi sama sekali. Seperti pada semua aritmia ventrikuler, kompleks QRSnya sempit.
  • Untuk interpretasi yang akurat, permulaan dan akhir PSVT harus tampak
  • PSVT kadang disebut juga PAT (Paroxysmal atrial tachycardia)

  1. Junctional rhythms and tachycardias
  • Junctional Escape Beats: pasif, berasal dari sel pacemaker di bawah AV junction (biasanya di Bundle of His). Kecepatan pacemaker berkisar antara 40-60/menit; junctional escapes terjadi ketika pacemaker primer pada SA node gagal atau AV node memblocks impulse atrial. Kertas ECG strip menunjukkan perlambatan sinus dengan dua junctional escapes.
  • Junctional Escape Rhythm: Didahului atau diikuti gelombang P retrograde; rate 45-60/menit; konfigurasi QRS biasanya sama seperti sinus beat.
  • Accelerated Junctional Rhythm: ini adalah active junctional pacemaker rhythm yang disebabkan oleh peristiwa yang mengganggu sel pacemaker (misal ischemia, drugs, dan electrolyte abnormalities). Rate = 60-100/menit.
  • Nonparoxysmal Junctional Tachycardia: ini biasanya dimulai sebagai ritme junctional yang dipercepat tetapi denyut jantung meningkat secara bertahap sampai > 100x/menit. Mungkin terdapat disosiasi AV atau retrograde atrial capture. Ischemia (biasanya dari oklusi arteri koroner kanan) dan intoksikasi digitalis merupakan dua penyebab utama. Contoh junctional takikardi (B) dan tanpa exit block (A).

3. Ventricular arrhythmias

  1. Premature ventricular complexes (PVCs)

    PVC dapat unifocal, multifocal, maupun multiform. Multifocal PVC memiliki asal yang berbeda, yang berarti interval pengulangannya berbeda (diukur dari kompleks QRS sebelumnya). Multiformed PVC biasanya memiliki interval coupling yang sama (karena berasal dari tempat ektopik yang sama tetapi konduksinya melalui ventrikel berbeda). Multiformed PVC umumnya terjadi pada intoksikasi digitalis.

    PVC dapat muncul sebagai isolated single events atau sebagai couplets, triplets, dan salvos (4-6 PVCs in a row), juga disebut brief ventricular tachycardias.

    PVC dapat muncul pada awal siklus (R-on-T phenomenon), setelah gelombang T (seperti terlihat pada gambar), atau pada akhir siklus – sering bergabung dengan QRS berikutnya (fusion beat). R-on-T PVC dapat menjadi berbahaya pada situasi iskemik akut, karena ventrikel mungkin dapat menjadi ventricular tachycardia atau fibrillation.

    Kejadian yang mengikuti PVC adalah penting. Biasanya PVC diikuti oleh complete compensatory pause karena waktu nodus sinus tidak terputtus; satu gelombang sinus P tidak dapat mencapai ventrikel karena masih bersifat refrakter dari PVC; impuls sinus berikutnya terjadi tepat waktu berdasarkan sinus rate. Kebalikannya, PAC biasanya diikuti oleh pause incomplete karena PAC biasanya memasuki nodus sinus dan mereset timingnya; ini memungkinkan gelombang sinus P muncul lebih awal daripada yang diharapkan. Konsep ini diilustrasikan seperti di bawah

    Tidak semua PVC diikuti oleh pause. Jika PVC terjadi di awal (terutama jika heart rate lambat), dapat muncul sandwiched diantara dua normal beats. Ini disebut interpolated PVC. Impuls sinus mengikuti PVC mungkin dikonduksikan dengan interval PR yang memanjang karena konduksi retrograde disembunyikan oleh PVC menjadi AV junction slowing subsequent conduction of the sinus impulse.

  2. Ventricular tachycardia

    Adanya daerah miokard iskemik menyebabkan putaran balik konduksi impuls sehingga terjadi depolarisasi ventrikel berulang secara cepat.

    Takikardi ventrikel mempunyai karakteristik sbb (Brunner & Suddarth, 2002):

    Frekuensi : 150-200/menit

    Gelombang P : biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat, tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak berhubungan dengan kontraksi atrium.

    Kompleks QRS : mempunyai konfigurasi yang sama dengan PVC-lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik. Denyut ventrikel dapat bergabung dengan QRS normal, menghasilkan denyut gabungan

    Hantaran : berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium

    Irama : biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takikardi ventrikel irregular

  3. Accelerated ventricular rhythms
  • Ritme ventrikuler "aktif" karena peningkatan automatisitas ventricular pacemaker (reperfusi setelah thrombolytic therapy adalah faktor penyebab utama).
  • Ventricular rate 60-100 x/menit (apapun yang lebih cepat dapat menjadi ventricular tachycardia)
  • Kadang disebut isochronic ventricular rhythm
  • Dapat diawali dan diakhiri oleh fusion beats. Biasanya jinak, berlangsung singkat, dan tidak memerlukan terapi.

Isochronic ventricular rhythm juga disebut accelerated ventricular rhythm karena menggambarkan focus aktif ventrikuler. Aritmia ini merupakan aritmia reperfusi umum pada pasien AMI. Sering dimulai dan diakhiri dengan fusion beats dan terdapat disosiasi AV.

  1. Idioventricular rhythm
  • Bentuk QRS sama seperti Ventricular Premature Beat (VPB) atau VT, sering lebih bizarre
  • QRS > 0,16 detik
  • Rate : 30-40/menit

ECG CONDUCTION ABNORMALITIES

Blokade Konduksi

Setiap onstruksi jalur normal konduksi llistrik disebut sebagai blockade konduksi. Blockade konduksi dapat terjadi dimanapun pada system konduksi jantung. Ada tiga tipe blokade konduksi, yaitu:

  • Blokade nodus sinus. Pada keadaan ini, nodus sinus memacu secara normal, tetapi gelombang depolarisasi segera terblokade dan tidak dijalarkan ke jaringan atrium. Pada EKG, blockade ini tampak seperti suatu pause pada siklus jantung normal.
  • Blockade AV. Istilah ini merujuk pada setiap blokade konduksi antara nodus sinus sampai ke nodus AV, termasuk nodus AV sendiri
  • Blockade cabang berkas. Merujuk pada suatu blokade konduksi pada salah satu atau kedua cabang berkas ventrikel.

  1. Atrio-Ventricular (AV) Block
    1. 1st Degree AV Block

      blokade AV derajat pertama ditandai dengan penundaan konduksi yang lama pada nodus AV atau berkas His. Gelombang depolarisasi secara normal menyebar dari nodus sinus ke atrium, namun saat mencapai nodus AV gelombang ditahan lebih lama dari sepersepuluh detik (yang biasa). Akibatnya, interval PR memanjang. Diagnosis blokade AV derajat pertama hanya memerlukan interval PR lebih besar dari 0,2 detik.

      Gambaran EKG:

    2. Type I (Wenckebach) 2nd Degree AV Block

      Pada tipe ini, setiap impuls atrium yang berurutan menemukan perlambatan yang makin lama makin panjang dalam nodus AV sampai satu impuls (biasanya setiap impuls ketiga/keempat) gagal lewat. Diagnosis blokade Wenkebach memerlukan pemanjangan progresif setiap interval PR yang berurutan sampai satu gelombang P gagal berkonduksi lewat nodus AV dan karenanya tidak disertai kompleks QRS.

    1. Type II (Mobitz) 2nd Degree AV Block

      Blockade Mobitz tipe II disebabkan oleh blokade di bawah nodus AV pada berkas His. Blockade ini menyerupai blockade Wenckebach, namun tidak terjadi pemanjangan interval PR yang progresif. Diagnosis blockade Mobitz tipe II memerlukan adanya sebuah denyut gagal (P tidak diikuti kompleks QRS) tanpa pemanjangan interval PR yang progresif. Rasio gelombang P terhadap kompleks QRS bervariasi, dari 2:1 sampai 3:1 dan sebagainya. Gambaran EKG (dari V1)

    2. Complete (3rd Degree) AV Block

      Pada blockade lengkap ini, tidak ada impuls atrium yang lewat untuk mengaktifkan ventrikel. Tempat blockade dapat di nodus AV atau lebih rendah. Atrium dan ventrikel tidak berhubungan satu sama lain karena dipisahkan oleh pemisah absolute blockade konduksi total. EKG pada blockade jantung derajat 3 menunjukkan gelombang P pada grafik tampak berderap dengan kecepatan biasa (60-100 gelombang/menit) tetapi tidak berhubungan dengan kompleks QRS yang muncul dengan frekuensi lolos yang jauh lebih rendah. Diagnosis blockade jantung derajat 3 memerlukan adanya disosiasi AV dengan ventrikel lebih lambat daripada frekuensi sinus (atrium)

      Gambaran EKG (dari V1):

  1. Intraventricular Blocks
    1. Right Bundle Branch Block

      Pada blockade cabang berkas kanan, konduksi melalui berkas kanan tersumbat. Akibatnya, ventrikel kanan terlambat berdepolarisasi. Ini menyebabkan dua hal terjadi pada EKG:

  • Kompleks QRS melebar >0,12 detik
  • Pada blockade cabang berkas kanan, masih terdapat gelombang R dan S awal saat ventrikel kiri berdepolarisasi. Tetapi ketika ventrikel kanan kemudian memulai depolarisasinya yang terlambat, yang tidak terlawan oleh ventrikel kiri yang sekarang sudah berdepolarisasi penuh dan secara elektrik tenang, sumbu listrik aliranarusnya berbelok tajam kembali kea rah kanan. Ini menggunakan gelombang R kedua (R'), pada sadapan V1 dan V2. seluruh kompleks itu disebut RSR' (gambarannya menyerupai telinga kelinci). Selain itu, terdapat depresi segmen ST dan inversi gelombang T.

    Pada sadapan lateral kiri yang merekam ventrikel kiri (aVL, I, V5, V6), depolarisasi ventrikel kanan lambat menyebabkan rekaman gelombang S dalam lambat terbalik.

  1. Left Bundle Branch Block

    Pada blockade cabang berkas kiri, depolarisasi ventrikel kirilah yang terlambat. Pada EKG akan tampak:

    1. Kompleks QRS melebar (>0,12 detik)
    2. Kompleks QRS pada sadapan yang merekam ventrikel kiri (I, aVL, V5, V6) akan menunjukkan perubahan perubahan bentuk yang khas. Gelombang R tinggi, melebar pada puncak/berlekuk dengan depresi segmen ST dan inverse gelombang T. Sadapan yang merekam ventrikel kanan (V1, V2) akan menunjukkan gelombang S yang dalam, lebar, dan terbalik.

  2. Left Anterior Fascicular Block
  • Pada hemiblokade anterior kiri, konduksi yang turun ke fasikulus anterior kiri terblokade. Semua aliran turun lewat fasikulus posterior kiri menuju ke permukaan inferior jantung. Kemuadian terjadilah depolarisasi miokard ventrikel kiri yang maju dengan arah inferior ke superior dan kanan ke kiri.
  • Aksis depolarisasi ventrikel diarahkan kembali ke atas dan sedikit ke kiri, dengan menggoreskan gelombang R positif tinggi pada sadapan lateral kiri, dan gelombang S yang dalam di sebelah inferior. Peristiwa ini menimbulkan deviasi aksis ke kiri (antara 0 dan -90). Pada EKG akan tampak gambaran kompleks QRS yang positif di lead I dan negative di lead aVF. Terdapat kompleks rS pada lead II, III, aVF. Gambar EKG:

  1. Left Posterior Fascicular Block

    Pada hemiblok posterior kiri, semua aliran listrik turun lewat fasikulus atnterior kiri, dan kemudian depolarisasi miokardium ventrikel terjadi dengan arah superior ke inferior dan kiri ke kanan. Karenanya, aksis depolarisasi mengarah ke bawah dan ke kanan, yang menggoreskan gelombang R yang tinggi di sebelah inferior dan gelombang s yang dalam di sadapan lateral kiri. Hasilnya adalah deviasi aksis ke kanan (antara +900 dan 1800). Terdapat juga kompleks rS pada lead I

  2. Bifascicular Blocks
  • Merupakan gabungan RBBB dengan LAFB (umum) atau LPFB (tidak umum)
  • Gambaran EKG (RBBB + LAFB):

  1. Nonspecific Intraventricular Block

    Pada blok intraventrikular nonspesifik, durasi kompleks QRS terjadi selama >0,10 detik. Hal ini mengindikasikan perlambatan konduksi dalam ventrikel. Kriteria untuk blok cabang berkas atau fasikular (hemiblok) tidak dapat ditemui. Penyebab blockade ini antara lain hipertrofi ventrikel (terutama ventrikel kiri), infark miokard (sehingga disebut blok preinfark), obat-obatan (terutama antiaritmia klas IA dan IC: quinidin, flecainide), hiperkalemia.

  2. Wolff-Parkinson-White Preexcitation

    Meskipun bukan gangguan konduksi intraventrikular yang nyata, kondisi ini menyebabkan pelebaran kompleks QRS. Kriteria EKG untuk kelainan ini antara lain: 1) pemendekan interval PR (<0,12), 2) perlambatan awal kompleks QRS (gelombang delta) menunjukkan aktivasi ventrikel awal melalui otot ventrikel normal. Gelombang delta kadang mirip dengan gelombang Q sehingga bisa menimbulkan false positif untuk infark miokard., 3) pemanjangan durasi QRS (biasanya >0,10 detik), 4) perubahan ST-T sekunder karena gangguan kelanjutan aktivasi ventrikel.

ATRIAL ENLARGEMENT

  1. Right Atrial Enlargement (RAE)
  • Amplitude gelombang P >2.5 mm pada lead II dan atau >1.5 mm pada lead V1 (kriteria ini tidak spesifik atau sensitive)
  • Gambaran klasik pembesaran atrium kanan, yang tergambar pada sadapan II dan V1 disebut P pulmonale, karena gambaran ini sering disebabkan oleh penyakit paru yang berat.

  1. Left Atrial Enlargement (LAE)
  • Interval P di lead II melebar (>0,12 detik). Defleksi terminal V1 negatif dengan lebar ≥0,04 detik dan dalam ≥1 mm.
  • Gambaran EKG pembesaran atrium kiri sering disebut P mitrale karena penyakit katup mitral merupakan penyebab yang lazim pembesaran atrium kiri.

  1. Bi-Atrial Enlargement (BAE)
  • Features of both RAE and LAE in same ECG
  • P wave in lead II >2.5 mm tall and>0.12s in duration
  • Initial positive component of P wave in V1 >1.5 mm tall and prominent P-terminal force

Untuk melihat pembesaran atrium, lihat sadapan II dan V1

Pembesaran atrium kanan ditandai dengan hal-hal sbb:

  1. Peningkatan amplitude bagian pertama gelombang P
  2. Tidak ada perubahan durasi gelombang P
  3. Kemungkinan deviasi aksis ke kanan gelombang P

Pembesaran atrium kiri ditandai dengan hal-hal sbb:

  1. Amplitude komponen terminal (negatif) gelombang P dapat meningkat, dan harus turun setidaknya 1 mm di bawah garis isoelektrik
  2. Durasi gelombang P meningkat, dan lebar bagian terminal (negatif) gelombang P harus setidaknya 1 kotak kecil (0,04 detik)
  3. Tidak ada deviasi aksis yang berarti, karena atrium kiri normalnya mendominasi aliran listrik.

VENTRICULAR HYPERTROPHY

  1. Left Ventricular Hypertrophy (LVH)
  • Pada umumnya vector QRS membesar dalam ukurannya
  • Penebalan septum menyebabkan vector QRS awal membesar, sehingga terlihat gelombang Q yang lebih dalam di lead I, II, III, aVL, V5 dan V6, dan gelombang R yang lebih besar di V1.
  • Harus ada peningkatan amplitude gelombang R pada sadapan-sadapan yang mengawasi ventrikel kiri, dan peningkatan amplitude gelombang S pada sadapan-sadapan yang mengawasi ventrikel kanan
  • Kriteria yang paling berguna pada sadapan prekordium adalah sbb:
  1. Amplitude gelombang R pada sadapan V5 atau V6 plus amplitude gelombang S pada sadapan V1 atau V2 melebihi 35 mm
  2. Amplitude gelombang R pada sadapan V5 melebihi 26 mm
  3. Amplitude gelombang R pada sadapan V6 melebihi 18 mm
  4. Amplitude gelombang R pada sadapan V6 melebihi amplitude gelombang R pada sadapan V5

Makin banyak kriteria yang positif, makin besar kemungkinan bahwa pasien tersebut menderita hipertrofi ventrikel kiri. Kriteria yang akurat adalah kriteria yang pertama.

  • Kriteria yang paling berguna pada sadapan ekstrimitas adalah sbb:
  1. Amplitude gelombang R pada sadapan aVL melebihi 13 mm
  2. Amplitude gelombang R pada sadapan aVF melebihi 21 mm
  3. Amplitudo gelombang R pada sadapan I melebihi 14 mm
  4. Amplitudo gelombang R pada sadapan I plus amplitude gelombang S pada sadapan III melebihi 25 mm

  1. Right Ventricular Hypertrophy (RVH)
  • Pada sadapan ekstrimitas, tanda paling lazim yang terkait dengan hipertrofi ventrikel kanan adalah deviasi aksis ke kanan
  • Aksis QRS harus melebihi + 1000, karenanya komppels QRS pada sadapan I (diarahkan pada 0o) harus sedikit lebih negatif daripada positif.
  • Kriteria EKG:
    • Rasio R/S yang terbalik: R/S di V1 > 1, R/S di V6 < 1
    • Sumbu QRS pada bidang frontal yang bergeser ke kanan
  1. Biventricular Hypertrophy
  • Keadaan yang mendukung diagnose:
    • R/S ratio di V5 atau V6 < 1
    • S di V5 atau V6 > 6 mm
    • RAD (>90 degrees)
  • Temuan dalam EKG yang lain:
    • Kriteria LVH dan RVH terpenuhi
    • Kriteria LVH terpenuhi dan tanda RAD atau RAE ada

MYOCARDIAL INFARCTION

Infark miokard terjadi bila salah satu arteri koroner tersumbat secara total karena trombosis menimpaplak yang sudah ada atau karena spasme arteri koronaria. Patogenesis yang mendasari pada hampir semua kasus adalah penyempitan progresif arteri koronaria karena aterosklerosis.

Ada tiga komponen untuk mendiagnosis infark miokard, yaitu:

  • Anamnesa dan pemeriksaan fisik: nyeri dada substernal lama yang menyesakkan dan menyebar ke rahang atau lengan kiri, disertai mual, diaforesis, dan nafas pendek
  • Eenzim jantung: peningkatan kadar kreatinin kinase (CK), laktat dehidrogenase (LDH), dan aspartat aminotransferase (AST/SGOT) pada beberapa jam setelah serangan.
  • EKG. Selama infark miokard akut, EKG berkembang melalui tiga stadium:
    • Gelombang T runcing diikuti dengan inverse gelombang T
    • Elevasi segmen ST
    • Muncul gelombang Q baru (>25% tinggi gelombang R)

  1. Infark Inferior

    Infark inferior hampir selalu akibat dari penyubatan arteri koronaria kanan atau cabang descendensnya. Perubahan terjadi pada lead II, III, aVF. Perubahan resiprokal dapat dilihat pada lead anterior dan lateral kiri.

  2. Infark dinding lateral

    Infark dinding lateral dapat merupakan akibat dari sumbatan arteri sirkumfleksa kiri. Perubahan dapat ditemukan pada lead I, aVL, V5, dan V6. Perubahan resiprokal dapat dilihat pada sadapan inferior.

    Gambaran EKG pada MI anterior ekstensif/anterolateral:

  3. Infark Anterior

    Infark anterior dapat merupakan akibat dari sumbatan arteri descendens anterior kiri (DAK). Perubahan ditemukan pada lead precordial (V1 sampai V6). Jika arteri utama kiri tersumbat, dapat terjadi infark anterolateral, dengan perubahan di sadapan prekordial serta pada sadapan I dan aVL. Perubahan resiprokal tampak di sebelah inferior.

    Gambaran EKG pada :

  4. Infark Posterior

    Infark posterior hampir selalu disebabkan oleh sumbatan pada arteri koronaria kanan. Karena tidak ada sadapan yang memonitor dinding posterior, diagnosis memerlukn temuan perubahan resiprokal pada sadapan anterior. Dengan kata lain, karena kita tidak dapat mencari elevasi segmen ST dan gelombang Q pada sadapan posterior yang tidak dipasang, kita harus mencari depresi segmen ST dan gelombang-gelombang R tinggi pada sadapan anterior, terutama sadapan V1. Infark posterior merupakan bayangan cermin dari infark anterior pada EKG.

  5. Infark Miokard tanpa gelombang Q

    Satu-satunya perubahan EKG yag tampak pada infark tanpa gelombang Q adalah inversi gelombang T dan depresi segmen ST. Infark tanpa gelombang Q mempunyai angka mortalitas awal yang lebih rendah, tetapi risiko untuk infark lanjut dan mortalitasnya lebih tinggi daripada infark gelombang Q.

ABNORMALITAS GELOMBANG EKG PADA KEADAAN KHUSUS

  • Gangguan Elektrolit
    • Hiperkalemia

      Hiperkalemia menimbulkan evolusi progresif perubahan pada EKG yang dapat memuncak pada fibrilasi ventrikel dan kematian. Perubahan pada EKG tersebut yaitu:

      • Ketika kalium mulai naik, gelombang T pada semua sadapan EKG mulai meruncing dan bersifat difus
      • Kalau kalium serum mulai meningkat lagi, interval PR akan memanjang dan gelombang P secara bertahap menjadi rata dan kemudian hilang
      • Akhirnya, kompleks QRS melebar sampai menyatu dengan gelombang T, membentuk gambaran gelombang sinus. Fibrilasi ventrikel akhirnya dapat terjadi.

    • Hipokalemia

      Pada hipokalemi, dapat ditemukan tiga perubahan, yang terjadi tanpa urutan tertentu:

      • Depresi segmen ST
      • Gelombang T merata
      • Munculnya gelombang U

        Istilah gelombang U diberikan pada gelombang yang muncul setelah gelombang T. Walaupun gelombang U merupakan tanda hipokalemi yang khas, gelombang U ini sendiri saja tidak bersifat diagnostik dan kadang dapat muncul pada keadaan lain.

    • Gangguan kalsium

      Perubahan kalsium serum terutama mengganggu interval QT. Hipokalsemia memperpanjang interval ini, hiperkalsemia memperpendeknya.

      Gambaran EKG dengan hiperkalemi dan hipokalsemi:

  • Hipotermia

    Ketika suhu tubuh turun di bawah 30oC, beberapa perubahan dapat terjadi pada EKG:

    • Segala sesuatunya melambat. Lazim ada bradikardi sinus, interval PR, QRS, QT dapat memanjang
    • Tipe elevasi segmen ST yang khas, berupa kenaikan tegak lurus mendadak pada titik J dan kemudian menurun kembali secara mendadak pula ke garis isoelektrik. Hasil konfigurasinya disebut gelombang J atau gelombang Osborn
    • Berbagai aritmia akhirnya dapat timbul. Fibrilasi atrium tipe lambat adalah yang paling sering.
    • Artifak tremor otot karena menggigil dapat mempersulit perekaman.

    Gambaran EKG dengan gelombang J/Osborn yang terutama jelas terlihat pada Lead I:

  • Digitalis

    Perubahan pada EKG yang disebabkan oleh digitalis yaitu:

    • Perubahan EKG yang berkaitan dengan kadar terapeutik darah

      Efek digitalis yang dapat terjadi adalah depresi segmen ST yang mempunyai lereng turun sangat landai, gelombang T menjadi rata atau inversi. Efek digitalis biasanya paling menonjol pada sadapan yang mempunyai gelombang R tinggi.

      Ingat bahwa efek digitalis adalah normal dan dapat diramalkan, sehingga obat tidak perlu dihentikan.

    • Perubahan EKG yang berkaitan dengan kadar toksik darah

      Manifestasi toksik digitalis memerlukan intervensi klinis. Intoksikasi digitalis dapat menyebabkan blokade konduksi dan takiaritmia, sendirian atau bersamaan.

      • Blokade hantaran

        Digitalis memperlambat hantaran melalui nodus AV sehingga dapat menyebabkan blokade AV derajat I, II, dan bahkan III. Kemampuan digitalis untuk memperlambat konduksi AV berguna dalam pengobatan takikardi supraventrikuler.

      • Takhiaritmia

        Takikardi atrium paroksismal (TAP) dan KVP adalah tipe takiaritmia yang paling sering disebabkan oleh digitalis. Geletar dan fibrilasi atrium adalah yang paling jarang.

      • Kombinasi

        Kombinasi TAP dengan blokade AV derajat II merupakan gangguan irama yang paling khas pada intoksikasi digitalis. Blokade konduksi biasanya 2:1, tetapi dapat bervariasi dan tidak dapat diramalkan.

  • Quinidin

    Quinidin (obat antiaritmia) memperpanjang interval QT dan dapat meningkatkan risiko terjadinta takiaritmia vetrikuler. Interval QT harus dipantau pada penggunaan quinidin, dan obat ini harus dihentikan bila terjadi pemanjangan yang besar (>25%).

    Pada beberapa pasien, juga dapat muncul gelombang U.

  • Penyakit Jantung Lain
    • Perikarditis: perubahan segmen ST dan gelombang T. Efusi besar dapat menyebabkan voltase rendah dan alternans listrik.
    • Kardiomiopati hioertrofi (Stenosis Subaorta Hipertrofi Idiopatik_IHSS): dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel, deviasi aksis ke kiri, gelombang Q sekat
    • Miokarditis: blokade konduksi
  • Penyakit Paru
    • COPD: voltas erendah, deviasi aksis ke kanan, progresi gelombang R jelek. Kor pulmonale kronik dapat menyebabkan P pulmonale dan hipertrofi ventrikel kanan dengan strain
    • Embolisme paru akut: hipertrofi ventrikel kanan dengan strain, blokade cabang berkas kanan, gelombang S besar di sadapan I dan Q yang dalam di lead III (S1Q3), aritmia (takikardi sinus dan fibrilasi atrium adalah yang paling lazim)
  • Penyakit Sistem Saraf Pusat

    Dapat menyebabkan perubahan EKG berupa inversi gelombang T difus, dengan gelombang T lebar dan dalam, gelombang U menonjol.

  • Jantung Atlet

    Pada keadaan ini, akan tampak gambaran bradikardi sinus, perubahan segmen ST dan gelombang T nonspesifik, hipertrofi ventrikel kiri dan kanan, blokade cabang berkas kanan inkomplit, blokade AV derajat I atau Wenckebach, kadang-kadang aritmia supraventrikuler.

    Gambaran sinus bradikardi:

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2. Jakarta: EGC

Lindsay. 2006. ECG Learning Center in Cyberspace. http://library.med.utah.edu/kw/ecg/

Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. 1996 .Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Thaler. 2000. Satu-Satunya Buku EKG Yang Anda Perlukan, edisi 2. Jakarta: Hipokrates.

Labels: , ,